Pages

Subscribe:

Sabtu, 13 Agustus 2011

Lubang Cacing

Dalam kesempatan ini, saya akan berbagi cerita tentang Lubang Cacing (Worm Hole). Mungkin kalian sudah gak asing lagi ama yg nama-nya lubang cacing, lubang dimana slalu muncul ketika sudah hujan... hahaa. Tapi yang di magsud di sini bukan lubang cacing yg seperti itu. Lubang cacing (Worm Hole) dalam fisika dan fiksi adalah jalan pintas melalui ruang dan waktu. Contoh:
"dalam perjalanan Indonesia-Arab jika menggunakan pesawat terbang bisa menghabiskan waktu sekitar 9 jam. Tetapi jika menggunakan lubang cacing, perjalanan Indonesia-Arab bisa di tempuh dalam waktu hanya 1 menit." wow, apakah benar? Dari beberapa artikel yang saya baca. Saya dapat menyimpulkan bahwa Lubang Cacing terdiri dari, Lubang Hitam (Blackhole) dan Lubang Putih (Whitehole).

Lubang Hitam (black hole) merupakan tempat di ruang angkasa yang menyedot segala sesuatu di dekatnya, cahaya dan radiasi tidak bisa memancar ke luar, sehingga gelap tak terlihat. Bitang yang berukuran 10 kali massa matahari bila runtuh akan menjadi lubang hitam yang sangat padat dengan radius 3 km. Menurut Stephen Hawking, lubang-lubang hitam sebesar ujung jarum tersebar di penjuru alam ini. Sedangkan di pusat-pusat galaksi ada lubang hitam super-masif berukuran sejuta massa matahari yang dengan dahsyat menyedot apa pun di sekitarnya. Teori ‘General Relativity’, Einstein mengharuskan adanya suatu tempat yang merupakan kebalikannya, dengan persamaan akar kuadrat negatif, yakni disebut Lubang Putih (white hole), dimana segala sesuatu dimuntahkan keluar. Lokasinya tidak di alam semesta yang kita diami ini tetapi di dalam kembarannya (paralel universe).

Fenomena alam kembar diisyaratkan dalam ayat, ‘Alhamdulillahi robbil ‘alamin’, yang berarti ‘Segala puji bagi Allah swt, Tuhan seluruh alam’. Menurut Karl Schwarzchild, pakar astrofisika, lubang hitam dan lubang putih bisa terhubung oleh lorong yang disebut Lubang Cacing (worm hole). Sebagaimana yang terjadi di dasar lubang hitam, di lubang cacing hukum-hukum fisika juga tidak berlaku, ruang dan waktu bertukar tempat dan akhirnya melebur dalam kesatuan singularitas. Akibatnya jarak dan waktu berhenti bila diukur dengan ukuran bumi. Walaupun sudah ada pesawat secepat cahaya, perjalanan ke pelosok-pelosok alam semesta tidak bisa terlaksana, karena jaraknya bisa ribuan bahkan jutaan tahun cahaya. Artinya, umur manusia terlalu pendek untuk bisa sampai ke sana, apalagi untuk pulang ke bumi.

Tafsir lama bahwa ‘bouraq’ yang dinaiki rasulullah saw ketika Isra’ dan Mi’raj merupakan kendaraan berkecepatan cahaya, harus diralat, karena tidak akan cukup pulang pergi satu malam ke ujung langit dan sidratul muntaha. Harus ada teori lain. Barangkali teori lubang cacing merupakan terobosan yang memungkinkan manusia mencapai tujuan-tujuan maha jauh ke galaksi dan alam kembar tadi. Dengan waktu yang berhenti, ke manapun bisa sampai seketika melewati jalur retakan angkasa. Tafsir surat Al Mulk 67:3-4 di atas bisa diperkaya dengan pemahaman baru, yakni bahwa Allah bukan mengatakan langit indah diciptakan halus tanpa lubang dan retak, sebab ternyata lubang hitam putih dan lubang cacing bertaburan di sana. Tetapi Allah justru memberi isyarat bahwa di langit sengaja Dia ciptakan banyak retakan dan lubang, yang harus kita temukan, amati, dan teliti berulang-ulang hakikat dan manfaatnya. Wallahu a’lam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cursor Point Blank